Konsep dalam Definisi ABC
Bermacam Macam / / November 13, 2021
Oleh Javier Navarro, pada Oktober. 2015
Kita mengatakan bahwa seseorang skeptis ketika ia cenderung meragukan kebenaran sesuatu. Nya sikap biasanya mematuhi cara menjadi, yang menurutnya tidak masuk akal untuk menerima sesuatu sebagai benar tanpa cukup bukti dan bahkan dengan data dan elemen yang cukup, skeptis dapat mempertahankan keraguannya mengenai kebenaran. Sikap ini lebih dari sekadar kecenderungan perangai, karena ada arus intelektual dan filosofis yang didasarkan pada keraguan, skeptisisme.
Pertimbangan skeptisisme sebagai pendekatan filosofis
Skeptis secara etimologis berasal dari bahasa Yunani dan secara harfiah berarti memeriksa dengan seksama. Apa pendekatan Secara umum, seseorang mulai dari sebuah ide: tidak ada pengetahuan mutlak tentang apa pun. Akibatnya, tidak mungkin untuk menjaga kriteria apa pun sebagai final dan aman. Pertimbangan ini didukung oleh beberapa filsuf Yunani dari dunia kuno, khususnya Pyrrho. Ada juga kritik terhadap posisi skeptis, karena dinyatakan bahwa itu adalah ide yang kontradiktif: jika kita tidak dapat memastikan apa pun, kita sudah yakin akan sesuatu, yaitu, kita tidak yakin.
Dalam sejarah filsafat ada dua arus utama, yang satu dogmatis dan yang lain skeptis. Sementara dogmatisme mencari kepastian rasional tentang beberapa aspek realitas, skeptisisme disajikan sebagai gerakan seberang. Entah bagaimana pemikir skeptis mencoba mempertanyakan kelebihan dari excess kepercayaan dari akal atau iman.
Ada beberapa contoh persaingan antara dua posisi dalam sejarah history pikir: seorang Plato yang membela kebenaran melawan beberapa sofis yang mempertanyakannya atau rasionalisme menetap pada prinsip-prinsip yang kuat dari alasan dihadapkan dengan empirisme dengan disposisi skeptis.
Orang-orang yang skeptis sering mempertahankan argumen berikut: jika ada pengetahuan yang teguh dan pasti, tidak akan ada perubahan isi pengetahuan. Dengan kata lain, transformasi pengetahuan adalah bukti bahwa tidak ada pengetahuan yang pasti. Akibatnya, skeptisisme meragukan gagasan kebenaran itu sendiri. Dihadapkan dengan argumen ini, non-skeptis berpendapat sebaliknya: perubahan pengetahuan mematuhi pencarian permanen akan kebenaran, jadi ada kebenaran.
Beberapa pemikir telah menekankan sisi positif dari skeptisisme, menganggapnya sebagai gerakan yang berfungsi sebagai rem dari segala bentuk fanatisme ideologis. Di sisi lain, yang lain mempertahankan sikap keraguan permanen secara intelektual merusak, karena nyaman secara manusiawi percaya pada sesuatu dan memiliki keyakinan yang teguh, jika tidak, kita menjadi individu yang tenggelam dalam keraguan dan kelambanan.
Foto: iStock - shvili
Topik dalam Skeptis