Konsep dalam Definisi ABC
Bermacam Macam / / July 04, 2021
Oleh Javier Navarro, pada Sep. 2018
Ide memiliki satu arti atau lainnya tergantung pada konteksnya kultural di mana kita menemukan diri kita sendiri. Jika kita berbicara tentang keindahan, visi budaya barat dan timur berbeda.
Di antara orang Jepang, dunia kecantikan tidak sesuai dengan skema konvensional garis lintang lainnya dan konsep wabi-sabi adalah contohnya.
Lebih dari sekadar pendekatan estetika sederhana
Sangat mungkin bahwa ketika mengamati sesuatu yang indah kita mengalami ganda a emosi. Di satu sisi, tampaknya sempurna bagi kita tetapi, pada saat yang sama, kita tahu bahwa kesempurnaannya bersifat sementara dan kedaluwarsa. Emosi ganda yang terkait dengan dimensi keindahan yang sekilas ini terhubung dengan esensi konsep wabi-sabi.
Gagasan wabi-sabi mengungkapkan sebuah paradoks, karena segala sesuatu bisa menjadi indah meskipun tidak sempurna.
Akibatnya, ketidaksempurnaan juga menghasilkan kenikmatan estetis. Alih-alih mengalami kegelisahan pada kefanaan keindahan, kita bisa menikmatinya sebagai momen yang unik dan tak bisa diulang. Untuk mencapai keadaan pikiran ini, sebelumnya kita perlu menerima siklus hidup segala sesuatu yang ada sebagai sesuatu yang tak terhindarkan. Peninggian kemewahan dan bentuk yang sempurna adalah kebalikan dari wabi-sabi.
Kami menghadapi ide yang tidak dapat dinilai dengan skema konvensional orang Barat
Wabi-sabi berkaitan dengan emosi yang ditimbulkan oleh hal-hal yang belum selesai atau tidak sempurna dan dengan apa yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata karena itu adalah sesuatu yang tak terlukiskan. Mereka yang telah mendekati pemahaman konsep ini menggarisbawahi dimensi anti-rasionalnya.
Dalam budaya Jepang ada beberapa manifestasi budaya yang terkait dengan konsep ini, seperti upacara minum teh, seni kaligrafi atau manufaktur pedang. Perlu diingat bahwa dalam Taoisme Jepang, hal-hal dan persepsi indrawi memiliki spiritualitasnya sendiri.
Kesan pertama dari sudut pandang barat
Estetika wabi-sabi sangat hadir di rancangan furnitur dan dekorasi pada umumnya. Bagi seseorang di luar budaya Jepang, estetika ini menyerupai gaya pedesaan dan hal-hal sederhana dengan sentuhan tradisional.
Jika kita ingin memahami makna mendalam dari istilah ini, kita harus memasukkan nilai-nilai dan ide-ide lain: keutamaan yang relatif atas yang absolut, pengagungan yang ambigu dalam menghadapi kepastian dan immaterialitas sebagai cita-cita kesempurnaan.
Di perpaduan, kita menghadapi sebuah konsep dengan aura yang tidak dapat dijelaskan atau dipahami dari logika alasan. Dalam pengertian ini, dalam spiritualitas Jepang ditegaskan bahwa kata-kata tidak dapat mengungkapkan pemahaman yang mendalam tentang realitas.
Foto: Fotolia - irissca
Topik dalam Wabi-sabi